Mantilla Tudung Kepala pada Wanita Katolik yang Jarang Orang Tahu

Mengenal mantilla tudung wanita katolik.(Foto:Katolisitas)

Sukoharjonews.com – Mantila sebagai simbol kerendahan hati dan penghormatan, serta mengingatkan akan kesucian dan martabat perempuan. Viral di media sosial Tiktok sosok wanita yang dikenal sebagai mantilla lady dalam video tersebut menerangkan, tutup kepala ini ternyata merupakan tutup kepala khas wanita Katolik.

Dilansir dari Validnews, Kamis (13/6/2024), tak jarang warganet termasuk umat Katolik sendiri belum mengenalnya, karena tutup kepala tersebut sudah jarang digunakan. Sejak video tersebut tersebar luas di berbagai platform media sosial, banyak yang penasaran apa itu mantila, dan akhirnya banyak dari mereka memutuskan untuk menggunakannya dalam peringatan ibadah.

mantila adalah potongan renda atau kain sutra yang melingkar atau berbentuk segitiga, digunakan di atas kepala dan bahu dalam perayaan misa ekaristi. Mantila berasal dari kata “manta” yang berarti jubah atau selimut dalam bahasa Spanyol.

Potongan renda tradisional ini digunakan oleh wanita Katolik saat menghadiri misa, sebagai tanda penghormatan dan kesucian. Mantila yang disampirkan di kepala wanita dan melintas di atas bahu, melambangkan kerendahan hati dan penghormatan terhadap kehadiran rohani Kristus dalam misa atau Sakramen Mahakudus.

Arti Warna Mantila
Dikutip dari situs Lay Cistercians of South Florida, dalam tradisi Katolik, awalnya kerudung mantila dianggap sebagai pengingat akan hubungan Kristus dengan gereja-Nya. Mantila juga mengingatkan umat akan kesucian dan martabat perempuan.

Mantila dianggap suci karena merujuk pada sifat kesederhanaan, kerendahan hati, dan kemurnian. Kitab Hukum Kanonik (1983) atau Codex Iuris Canonici bahkan mencatat, penggunaan mantila adalah wajib saat perayaan misa atau Ekaristi.

Kebanyakan mantila yang digunakan berwarna putih dan hitam. Penggunaan warna mantila juga memiliki berbagai makna,seperti putih yang sering kali diasosiasikan dengan kesucian, kemurnian, dan kebersihan.

Dalam konteks perayaan agama, mantila putih sering dipilih untuk perayaan-perayaan khusus, seperti pernikahan atau perayaan-perayaan penting dalam liturgi Katolik.

Kemudian warna hitam digunakan sebagai lambang kesedihan, penyesalan, dan penghormatan. Mantilla hitam sering dipakai dalam upacara pemakaman atau peringatan-peringatan penting lainnya dalam tradisi Katolik, salah satunya Jumat Agung.

Mantila juga disebutkan dalam teks Kitab Suci Katolik baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, terutama dalam penggambaran pakaian para tokoh perempuan Katolik seperti Bunda Maria, Naomi, Hana, Abigail, Debora, dan Maria Magdalena.

Sejarah Mantila
Sejarah mantila berakar dari budaya busana Israel sebelum dan sesudah Masehi yang kemudian menjadi dasar bagi perkembangan budaya agama Kristen secara umum dan Katolik secara khusus.

Pada awalnya, sebagaimana diatur dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) 1262, penggunaan mantilla diwajibkan pada perayaan Ekaristi maupun ibadat Katolik lainnya seperti berdoa rosario, pendalaman iman, ibadat kematian, dan ibadat sabda.

Namun, dengan semangat pembaruan Gereja Katolik yang diwujudkan melalui Konsili Vatikan II pada tahun 1962-1965, penggunaan mantilla tidak lagi diwajibkan. Meskipun demikian, Gereja Katolik tidak melarang umat perempuan Katolik yang tetap memilih untuk memakai mantilla dalam perayaan Ekaristi atau ibadat Katolik lainnya.

Saat ini, di beberapa negara di Asia seperti Indonesia, perempuan Katolik masih sering terlihat mengenakan mantilla pada perayaan Ekaristi dan ibadat lainnya.(patrisia argi)

Patrisia Argi Satuti:
Tinggalkan Komentar