Sukoharjonews.com (Sukoharjo) – Pelaku kerajinan khususnya tatah sungging kurang diminati generasi penerus. Akibatnya, dari waktu ke waktu jumlah perajin tatah sungging khususnya wayang kulit terus berkurang. Hal itu karena minimnya regenerasi karena profesi tersebut kurang diminati masyarakat. Hal itu menjadi kekhawatiran perajin tatah sungging wayang di Kelurahan Sonorejo, Kecamatan Sukoharjo.
Salah satu perajin tatah sungging wayah dari Kelurahan Sonorejo, Widod mengatakan, saat ini kebanyakan perajin tatah sungging wayang di Sonorejo sudah berumur atau tua. Hal itu terjadi karena regenerasi kerajinan wayang makin minim. Untuk itu, perlu dipikirkan bersama agar kelangsungan kerajinan wayang kulit tetap terjaga.
“Kelurahan Sonorejo dikenal sebagai sentra kerajinan tatah sungging wayang kulit. Selama ini banyak perajin yang menggantungkan hidupnya pada profesi ini,” ujar Widodo, Kamis (30/8).
Dia mengakui, saat ini usia perajin rata-rata memasuki senja. Banyak, yang sudah menua. Para perajin yang ada mengaku khawatir tidak ada generasi muda yang meneruskan dengan menggeluti tatah sungging wayang kulit. Untuk itu, dia berharap pemerintah ikut memperhatikan hal tersebut agar kelangsungan wayang kulit tetap terjaga.
Selain itu, ujar Widodo, dia meminta agar pemerintah menjadikan seni membuat wayang bisa masuk ekstrakurikuler di sekolah. Sehingga, generasi muda kedepannya mengetahui dan tertarik dengan kerajinan tatah sungging. Ekstrakurikuler diharapkan bisa dimasukkan ke tingkat SD, SMP, atau SMA.
“Harapannya keberlangsungan kerajinan ini tetap terjaga karena tatah sungging wayang kulit sudah menjadi salah satu produk unggulan Sukoharjo,” tambahnya. (erlano putra)
Facebook Comments