Khutbah Jumat : Muslim Harus Menghindari 3 Penyakit Hati Ini

Khutbah Jumat: hindari penyakit hati ini.(Foto: dailyhijrah)

Sukoharjonews.com – Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menghadapi berbagai tantangan dan cobaan yang dapat mempengaruhi hati dan pikiran kita. Dalam Islam, hati atau qalb dianggap sebagai fokus utama dari perasaan, kesadaran, dan spiritualitas seseorang.

Dikutip dari Nu Online, pada Jumat (13/12/2024), Rasulullah pernah mengingatkan kita bahwa kesehatan dan waktu luang adalah dua nikmat yang sering kali dilupakan oleh banyak orang. Akhirnya, banyak yang merugi karena tidak memanfaatkan keduanya dengan baik. Beliau bersabda:

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Artinya, “Banyak manusia yang rugi karena dua nikmat yang disia-siakan, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (Hadits riwayat al-Bukhari).

Kesehatan itu sangat berharga, bukan hanya untuk fisik kita, tapi juga untuk keberlanjutan amal ibadah dan segala aktivitas kita sehari-hari. Orang yang menjaga kesehatan, baik tubuh maupun pikiran, biasanya memiliki pandangan yang lebih positif dalam hidup. Mengapa? Karena tubuh yang sehat mendukung jiwa yang juga sehat. Kesehatan fisik dan mental itu saling berkaitan. Kalau tubuh kita sehat, insyaAllah pikiran kita juga akan lebih jernih dan tenang.

Apalagi, untuk menjaga kesehatan jiwa atau mental, Allah SWT sudah memberikan petunjuk yang sangat jelas dalam Al-Qur’an. Di dalam Surat Yunus ayat 57, Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ

Artinya, “Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi sesuatu (penyakit) yang terdapat dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin.”

Ada tiga hal penting yang harus kita hindari dalam menjaga hati, menurut Imam Ghazali dalam kitab beliau Bidayatul Hidayah. Tiga hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan hati kita, dan jika tidak kita jaga, bisa menjerumuskan kita pada kerugian yang besar.

Pertama adalah hasad, atau iri dengki. Iri hati ini muncul ketika seseorang merasa tidak senang atau bahkan ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain. Perasaan ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari iri dengan kekayaan, kecantikan, kecerdasan, hingga kelebihan-kelebihan lainnya.

Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW sangat mengingatkan kita untuk berhati-hati dengan perasaan iri ini. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:

اَلْحَسَدُ يَأْكُلُ الحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الحَطَبَ

Artinya, “Sesungguhnya hasad (iri dengki)
itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu-bakar.” (Hadits riwayat Imam Ibnu Majah).

Selain itu, orang yang iri hati sesungguhnya adalah orang yang sedang tersiksa batinnya. Kenapa? Karena perasaan iri itu selalu membawa keburukan dalam hati. Di dunia ini, tidak ada seorang pun yang tidak diberi nikmat oleh Allah. Setiap orang, meskipun dalam keadaan berbeda-beda, pasti memiliki karunia dan nikmat dari Allah. Namun, bagi orang yang iri, setiap nikmat yang diterima orang lain justru menjadi sumber penderitaan baginya. Ia tidak bisa menikmati kebahagiaannya sendiri karena terus-menerus terfokus pada apa yang dimiliki orang lain.

Hal ini membuat hati menjadi sempit dan gelisah. Orang yang terus menerus iri adalah orang yang tidak merasa puas dengan apa yang ia miliki, meskipun sebenarnya Allah telah memberi begitu banyak nikmat kepadanya.

Yang kedua adalah riya’ atau pamer. Riya’ adalah perbuatan menunjukkan sesuatu, baik itu harta, amal, atau kebaikan kita, dengan tujuan agar orang lain melihatnya dan memberikan pujian. Ini bukan lagi tentang ikhlas karena Allah, tetapi lebih kepada ingin dipuji oleh manusia.

Sungguh, riya’ ini adalah syirkul khofiy, yaitu syirik yang tersembunyi. Artinya, orang yang beramal dengan riya’ sebenarnya sedang menyembunyikan niatnya yang sebenarnya, yaitu ingin mendapatkan perhatian atau pujian dari orang lain, bukan dari Allah. Dalam hati orang yang riya’, Allah seakan tidak lagi menjadi tujuan utama dari amalnya. Semua yang dilakukan hanya untuk dilihat dan dihargai oleh manusia.

Yang ketiga adalah ‘ujub atau kesombongan, yaitu sikap berbangga diri dengan menganggap diri sendiri lebih hebat, lebih baik, atau lebih benar daripada orang lain. Orang yang memiliki sifat sombong sering kali merasa dirinya lebih tinggi derajatnya, baik dalam hal ilmu, harta, kedudukan, atau bahkan amal ibadah. Ia merasa seolah-olah tidak ada yang bisa menandingi dirinya, dan dengan begitu ia merendahkan orang lain.

Namun, Rasulullah SAW sangat tegas dalam hal ini. Beliau memberikan ancaman yang sangat berat bagi orang yang memiliki sifat sombong dalam hatinya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الجَنَّةَ مَن كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِن كِبْرٍ

Artinya, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan.”

Hadits ini mengingatkan kita bahwa kesombongan, sekecil apapun, bisa menjadi penghalang bagi kita untuk masuk ke dalam surga Allah. Kita harus menyadari bahwa segala yang kita miliki, baik itu harta, ilmu, ataupun kedudukan, semuanya adalah anugerah dari Allah. Tidak ada satupun yang bisa kita banggakan, karena semuanya berasal dari-Nya dan hanya sementara di dunia ini. Kesombongan hanya akan merusak hati kita dan menghalangi kita dari kebaikan.(cita septa)

Cita Septa Habibawati:
Tinggalkan Komentar