Khutbah Jumat: Ibadah-ibadah yang Dapat Antarkan Kita Menuju Surganya Allah

Ibadah yang antar menuju surganya Allah.(Foto: gatra)

Sukoharjonews.com – Surga adalah tujuan akhir yang diidamkan oleh banyak orang beriman. Dalam berbagai tradisi agama, surga digambarkan sebagai tempat penuh kedamaian, kebahagiaan, dan kenikmatan abadi. Keyakinan tentang cara masuk surga dapat berbeda-beda tergantung pada ajaran agama yang dianut, namun ada beberapa prinsip umum yang sering ditemukan dalam berbagai kepercayaan.


Dikutip dari Nu Online, pada Jumat (27/12/2024), hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dikisahkan bahwa saat Rasulullah memasuki Madinah, beliau menyerukan 4 amalan ibadah yang bisa menghantarkan umat Islam ke surganya Allah swt. Dari 4 ibadah yang diserukan oleh Nabi, 3 di antaranya adalah ibadah berdimensi universal yang beliau sebutkan di awal seruannya. Selanjutnya ada satu ibadah yang bersifat teologis dan berdimensi vertikal yang ia sebutkan di akhir seruannya. Adapun seruan tersebut berbunyi:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصِلُوا الْأَرْحَامَ وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ

Artinya: “Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah tali persaudaraan, shalatlah di malam hari ketika manusia terlelap tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Majah).

Namun ibadah yang bersifat universal yakni menebar salam, memberi makan, dan menjalin silaturahmi juga bisa menjadi bagian dari amal yang bisa menghantarkan kita ke surga. Dari 4 ini mari kita bahas satu-persatu. Pertama adalah menebarkan salam. Selain dengan mengucapkan salam berupa kalimat Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh yang artinya: “Keselamatan, rahmat, dan berkah Allah ‘ala semoga tercurahkan untukmu”, menebar salam ini memiliki dimensi yang luas yakni senantiasa menjadi pribadi yang cinta pada perdamaian dan keselamatan.


Dalam Syarah Sahih Muslim, Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa ucapan salam bukanlah hanya sebatas kata-kata saja. Namun menebar salam memuat kandungan makna menebarkan perdamaian, kasih sayang, dan kerukunan terhadap sesama. Pentingnya salam dan keselamatan, sampai-sampai agama kita dinamakan dengan Islam yang memiliki makna keselamatan. Kita sebagai penganut Islam dinamakan sebagai Muslim yang tentunya harus mampu menunjukkan bahwa kita siap menebarkan keselamatan bagi diri dan orang lain. Rasulullah bersabda:

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Artinya: “Seorang Muslim adalah orang yang sanggup menjamin keselamatan orang-orang Muslim lainnya dari gangguan lisan dan tangannya.” [HR Bukhari]

Kedua adalah memberi makan orang lain. Jika kita ingin masuk ke dalam surganya Allah, ibadah universal ini bisa kita lakukan melalui berbagai macam jenis, seperti zakat dan sedekah kepada orang-orang yang berhak dan membutuhkan. Dalam Kitab Faidlul Qadir, Imam Al-Munawi menyebutkan bahwa sikap senang berbagi dengan orang lain merupakan buah dari cinta kepada akhirat. Berbagi rezeki pada orang lain akan mampu menumbuhkan kesadaran bahwa semua hanya milik Allah dan akan kembali kepadanya. Dengan berbagai rezeki tentunya kita juga berbagi kebahagiaan dengan orang lain sehingga ketika semua orang bahagia, maka perdamaian dan kemaslahatan pun akan tercipta di lingkungan kita. Janganlah khawatir jika rezeki yang kita berikan pada orang lain akan berkurang. Justru hakikat memberi adalah menerima.


Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 261:

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.”

Ketiga adalah menjalin silaturrahim. Amal ibadah ini bersifat universal karena silaturahim bisa dilakukan kepada siapa saja tanpa memandang agama. Cinta pada ibadah silaturahim merupakan bentuk nyata bahwa kita adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup sendiri. Kita perlu berinteraksi dengan orang lain dengan menguatkan silaturahim yang akan menguatkan pula silatulafkar (kesamaan pemikiran) dan silaturruh (kesamaan dalam hati). Silaturahim juga akan membawa banyak manfaat seperti yang disebutkan dalam hadits Rasulullah yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Artinya: “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia bersilaturahim.”

Keempat, menjalankan shalat malam. Inilah ibadah teologis yang bisa menghantarkan kita ke surganya Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 79:

وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا

Artinya: “Pada sebagian malam lakukanlah salat tahajud sebagai (suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”(cita septa)


How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *