Khutbah Jumat: Hikmah Wukuf di Arafah

Wukuf di arafah.(Foto: disway)

Sukoharjonews.com – Wukuf di Arafah adalah ibadah yang menjadi momentum berkumpulnya umat Islam dari segala penjuru dunia dalam rangka mengharapkan rahmat dan ampunan dari Allah swt. Wukuf di Arafah mengingatkan kita kepada hari kiamat dengan memperhatikan kerumunan orang banyak dan deburan ombak manusia. Perhatikanlah, baju ihram yang dipakai tanpa jahitan bagi laki-laki yang mengingatkan kita pada kain kafan. Dari sini kita mengingat kematian.

Dikutip dari Nu Online, pada Jumat (14/6/2024), wukuf Arafah menjadikan manusia saling mengenal (li ta’arafu) dan bekerjasama dalam kebaikan dan ketakwaan. Sebagaimana firman Allah swt :

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.” (QS: Al Hujurat: 13).

Spirit persatuan dan kesetaraan juga disebutkan oleh Rasulullah saw dalam khutbah haji Wada. Rasulullah saw bersabda yang termaktub dalam Hasyiah Al Musnad, Imam Ahmad bin Hanbal jilid 13, halaman 456:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٌّ عَلَى أَعْجَمِيٌّ وَلَا لِعَجَمِيٌّ عَلَى عَرَبِيٌّ وَلَا عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ الا بالتَّقْوَى

Artinya: “Wahai sekalian manusia, Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu (maksudnya Nabi Adam). Ingatlah. Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang Ajam (non-Arab) dan bagi orang ajam atas orang Arab, tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan.” (Imam As Sanadi)

Pesan Rasulullah saw ini menjadi pelecut semangat kita untuk terus menguatkan nilai-nilai kemanusiaan, saling tolong menolong, saling bekerjasama dalam kebaikan, saling berkasih sayang, dan berakhlakul karimah. Sebagaimana yang diibaratkan dalam sebuah hadits:

تَرَى المُؤْمِنِينَ في تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، كَمَثَلِ الجَسَدِ، إذا اشْتَكَى عُضُوا تَداعَى له سائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ والحمى

Artinya: “Kamu melihat kaum Mukmin dalam berkasih sayang, mencintai, tenggang rasa, adalah seperti satu tubuh, jika ada bagian tubuh yang sakit maka seluruh tubuh lainnya merasakan panas dan berjaga.” (HR Imam Muslim)

Dengan adanya shilatul iman dan shilatul arham maka akan melahirkan silatul hadharah (keterhubungan peradaban) lintas kaum Muslim. Beragamnya bahasa, suku, budaya telah menyatukan orang beriman dan menjadi kekuatan kaum Muslim untuk terus memakmurkan bumi dengan kebaikan dan kasih sayang sepanjang zaman. Amin ya Rabbal Alamin.(cita septa)

Cita Septa Habibawati:
Tinggalkan Komentar