Khutbah Jumat : Anak Sebagai Nikmat dan Amanat

Khutbah jumat: anak adalah nikmat dan amanat.(Foto: tafsir qur’an)

Sukoharjonews.com – Anak selain anugrah juga amanah atau titipan. Anak hakikatnya bukan milik kita tapi milik Allah. Kita hanya menerima titipan. Saat dititipkan pertama kali, anak dalam keadaan fitrah, suci dan dibekali sifat hanif yaitu potensi untuk mengenal Allah. Di sinilah tanggung jawab orang tua untuk memberikan pendidikan yang terbaik agar fitrahnya terjaga, kehanifannya tumbuh sehingga menjadi anak yang shalih dan shalihah.

Dikutip dari Nu Online, pada Jumat (2/8/2024), merawat anak di era saat ini, kita sebagai orang tua harus sangat jeli dan tidak hanya fokus pada merawat fisik anak saja. Merawat anak saat ini juga harus dilakukan secara psikis yang meliputi aspek mental, karakter dan sejenisnya karena saat ini kita telah hidup di dua dunia yakni dunia nyata dan dunia maya.

Dunia maya di satu sisi merupakan kemajuan dengan dampak-dampak positif yang mengikutinya. Namun di sisi lain, dunia maya memiliki dampak negatif bagi tumbuh kembang anak-anak generasi penerus peradaban kita. Bisa saja kita lihat fisik anak kita berada di kamar tidak beraktivitas di luar rumah. Namun saat mereka memegang Handphone, Smartphone, dan peralatan canggih lainnya dan berselancar di internet serta media sosial, sejatinya mereka sedang pergi jauh mengembara ke berbagai penjuru belantara dunia.

Orang tua harus memberi tahu mana yang baik dan buruk kepada anak karena orang tualah yang akan menjadi bagian penting dalam menentukan nasib mereka di masa yang akan datang. Di bawah asuhan orangtualah, Rasulullah telah mengingatkan nasib anak-anak. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah, nabi mengingatkan:

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ

Artinya: “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani” (HR Bukhari dan Muslim).

Dari hadits ini, kita, para orang tua disadarkan untuk benar-benar menjaga anak bukan secara fisik saja. Namun dari sisi mental, akidah, dan karakter anak juga harus diperhatikan. Karakter di sini juga bisa dalam bentuk pendidikan etika, sopan santun dan akhlak. Dalam kitab Washâyâ al-Abâ’ li al-Abnâ’i (Nasihat Orangtua kepada Anaknya) karya Syeikh Muhammad Syakir dijelaskan:

يَابُنَيَّ: إِذَا خَرَجْتَ لِلــِرّيَاضَةِ اَوْ لِغَيْرِهَا مَعَ إِخْوَانِكَ فَإِيَّاكُمْ أَنْ تَعْتَرِضُوْا أَحَدًا مِنَ الْمَارَّةِ فِى الطُّرُقَاتِ، وَإِيَّاكُمْ أَنْ تَصْطَفُوْا فِى طَرِيْقِ الْعَامَّةِ، فَإِنْ كَانَ الطَّرِيْقُ وَاسِعًا فَامْشُوْا مَثْنَى مَثْنَى وَاِلَّا فَامْشُوْا فُرَادَى، وَاحِدًا فَوَاحِدًا

Artinya: “Wahai anakku, ketika kau keluar untuk berolah-raga atau berjalan-jalan bersama teman-temanmu, jangan kalian memenuhi jalanan umum hingga mengganggu orang yang hendak melintas, jangan kalian berjejer di jalan umum, jika jalan yang kalian lewati lebar, berjalanlah dua-dua, jika sempit berjalanlah satu-satu.”

Perlu kita sadari, selain sebagai nikmat dan amanat yang mampu mendatangkan hal-hal positif, anak juga bisa mendatangkan hal-hal negatif jika tidak benar dalam mengasuh dan membimbingnya. Hal ini sudah diingatkan dalam Al-Qur’an bahwa anak bisa menjadi dan memiliki 5 sifat. Pertama, sebagai Qurrata a’yun yakni mampu menjadi penenang hati, penyejuk jiwa, sekaligus ke depannya mampu menjadi pemimpin orang-orang yang bertakwa.

Kedua, anak bisa menjadi perhiasan, artinya menjadi kebanggaan orang tua di dunia. Penting bagi kita untuk menjaga agar perhiasan berupa anak yang kita miliki bisa senantiasa membahagiakan dan memberikan kemaslahatan dalam kehidupan di dunia dan akhirat kita.

Ketiga, anak bisa menjadi musuh, yang memusuhi orang tua, memusuhi kerabatnya, bahkan saling gugat dan menyudutkan, akibat hak masing-masing tidak dipenuhi. Ketika orang tua mendidik anak dengan penuh kasih sayang maka hati mereka akan menyatu dan selalu bersemai kasih sayang yang jauh dari permusuhan. Keempat, anak bisa menjadi fitnah atau ujian. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Taghabun ayat 15:

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

Artinya: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”

Imam Abu Ja’far at-Thabari menjelaskan bahwa, yang dimaksud dengan harta dan anak sebagai fitnah adalah Allah benar-benar menjadikan keduanya sebagai ujian dan cobaan bagi orang tua untuk melihat bagaimana orang tuanya menggunakan harta dan memperlakukan anaknya dengan baik dan benar.

Kelima, anak bisa menjadi penghalang dan menjadikan orang tua lalai beribadah. Allah mengingatkan bahwa kesibukan mengurus harta benda dan memperhatikan persoalan anak-anak jangan membuat manusia lalai dari kewajibannya kepada Allah atau bahkan tidak menunaikannya. Terlebih harus dihindari memiliki anak yang menghalangi orang tua untuk beribadah. Justru kita harus mencetak generasi yang cinta dengan ibadah sebagai misi utama diciptakannya manusia di dunia.(cita septa)

Cita Septa Habibawati:
Tinggalkan Komentar