Sukoharjonews.com – Self-love adalah bentuk rasa sayang dan cinta kita kepada diri sendiri. Setiap orang tentu ingin memberi dan mendapatkan cinta yang sepenuhnya dari orang yang disayang, namun kita sering kali lupa untuk mencintai diri sendiri sebanyak yang kita bisa.
Dilansir dari Ideapod, Selasa (13/62023), saat kita fokus untuk mencintai diri sendiri, kita tentu akan lebih memahami arti kebahagiaan. Memang benar jika self-love bisa memberikan banyak manfaat, namun siapa sangka jika self-love yang terlalu ekstrim justru bisa merusak kesehatan mental dan emosional seseorang, berikut ini beberapa alasan mengapa self-love bisa menjadi buruk dan toksik.
Menyakiti Orang Lain
Orang yang terlibat dalam self-love ekstrim biasanya terlalu fokus pada diri sendiri dan apa yang mereka butuhkan. Mereka tidak mempertimbangkan perasaan orang lain dan tidak memikirkan bagaimana pilihannya bisa mempengaruhi orang lain.
Sebagai contoh, seseorang yang mencintai diri sendiri mungkin tidak memikirkan ketidaknyamanan orang lain akibat mereka yang sering membatalkan janji di menit terakhir karena urusan pribadi. Dengan begitu, self-love justru membuat kamu harus kehilangan persahabatan.
Mengabaikan Masalah Hidup
Terkadang, ketika kamu terlibat dalam self-love yang toksik, kamu lebih fokus pada perasaanmu dan tidak peduli dengan penyebab masalahmu. Kamu akan mengabaikan masalah dalam hidupmu yang seharusnya ditangani.
Hal ini bisa berbahaya untuk kesehatan mental karena dapat menyebabkan masalah menumpuk dan menjadi lebih buruk di kemudian hari. kamu bisa menjadi tidak bahagia dan stres karena masalahmu menjadi lebih besar dari yang seharusnya.
Toxic Positivity
Kamu tentu tidak asing lagi dengan istilah toxic positivity, kan? Mengutip dari Medical News Today, toxic positivity adalah kondisi di mana seseorang terlalu fokus untuk menjadi positif sehingga lupa untuk mengenal emosi negatif dalam dirinya.
Kamu yang terlalu positif juga sering kali tidak terbuka terhadap kritik atau feedback yang bisa membantu kamu tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan kata lain, kamu cenderung mengabaikan kekurangan dalam diri karena hanya mengutamakan perayaan kesuksesan atau pencapaianmu saat ini. Padahal kita tidak bisa memaksa diri untuk bahagia sepanjang waktu tanpa mengalami emosi negatif.
Menciptakan Ruang Sabotase Diri
Seseorang yang mencintai diri sendiri mungkin sebenarnya salah dalam mengartikan self-love sehingga melakukan sesuatu yang justru berpotensi merusak diri sendiri. Kamu yang terlibat dalam self-love yang toksik bisa menciptakan ruang sabotase diri.
Sabotase diri adalah kondisi saat kamu menyakiti diri sendiri tapi kamu melakukannya dengan cara yang sulit untuk dilihat. Ketika kamu fokus untuk menjaga diri, kamu justru mengabaikan fakta jika perilaku tersebut bisa menghalangi kebahagiaanmu.
Jadi, penting bagi kamu untuk bersikap realistis dan jujur untuk menentukan mana yang bisa membuat kamu maju atau justru jadi penghambat.
Hubungan yang Tidak Sehat
Ketika kamu selalu fokus untuk menjaga diri sendiri, kamu mungkin tidak akan mampu mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk membantu orang lain. Kamu mungkin terlalu sibuk dengan perasaanmu sendiri sehingga tidak peduli dengan orang lain, menghindari masalah, dan tidak mau menghadapinya. Hubungan yang tidak sehat seperti itu akan menyebabkan banyak stres dan kecemasan dalam hidup.
Kamu yang ingin menerapkan self-love secara tepat perlu menyadari batas antara mencintai diri sendiri dan terlalu fokus pada diri sendiri. Jadi, cobalah untuk membangun hubungan yang sehat meski tetap berada di zona nyaman (patrisia argi)
Tinggalkan Komentar