Sukoharjonews.com – Satu lagi film nasional segera hadir di bioskop. Film baru tersebut adalah “Satria Dewa: Gatotkaca” yang dijadwalkan tayang di bioskop Indonsia pada 9 Juni nanti. Rilis film ini sendiri tertunda dua tahun lebih karena pandemi corona.
Vice Presiden Operation Satria Dewa Studio, Mochtar Sarman, menyampaikan selama ini telah
bekerja keras untuk memberikan yang terbaik di film tersebut. Dari mulai pemain, CGI, soundtrack, sampai scoring diberikan yang terbaik.
Film superhero asli Indonesia itu mengusung sederet aktor seperti Rizky Nazar, Omar Daniel, Yasmin Napper, Yayan Ruhiyan, Cecep Arif Rahman, Yatti Surachman, Jerome Kurnia, Sigi Wimala dan masih banyak lagi.
“Melalui film ini saya berharap superhero di Indonesia juga dapat dicintai layaknya superhero dari film-film Hollywood,” ujar Sutradara, Hanung Bramntyo, dikutip dari Antara, Selasa (7/6/2022).
“Dari situlah saya bertekad ingin mengenalkan superhero Indonesia lebih luas. Dan lewat film “Satria Dewa: Gatotkaca”, harapan saya bisa tercapai,” tambahnya.
Dibantu dengan visual effect dan CGI (Computer-Generated Imagery) karya berbagai studio di Indonesia yang bekerja di bawah Lumine Studio Jakarta, serta menggunakan teknologi Dolby ATMOS, biaya film “Satria Dewa: Gatotkaca” pun melebihi Rp20 miliar.
Produser Film, Celerina Judisari, menyatakan bahwa film tersebut sudah menjadi film jagoan bagi pihaknya. Sehingga dia berharap film ini juga dapat menjadi jagoan bagi masyarakat Indonesia.
“Film ini sudah menjadi jagoan bagi kami. Dan saya berharap film ini juga bisa menjadi jagoan bagi masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Disinggung soal target penonton, Hanung kembali menyatakan tidak mematok target penonton dari film tersebut. Namun, dilihat dari tiket pre-sale yang terjual habis di beberapa daerah, Hanung berharap itu adalah sebuah pertanda baik untuk “Satria Dewa: Gatotkaca”.
“Melihat kondisi pre-sale tiket yang ternyata disambut, pertanda baik ya. Tapi saya nggak berani optimis. Takut,” ujar Hanung.
Namun, Hanung berharap industri film Indonesia bisa sukses layaknya film “KKN di Desa Penari”. Dengan demikian, industri film Tanah Air pun akan lebih hidup.
“Inshaa Allah seperti KKN. Semua film Indonesia pasti pengin ya seperti KKN. Kalau bisa setiap bulan ada 4 juta, 8 juta gitu. Jadi hidup lah industrinya,” kata Hanung.
Dalam film “Satria Dewa: Gatotkaca”, Hanung mencoba ingin mengubah stereotip yang ada di masyarakat. Dia pun menjadikan film ini berkonsep Yin dan Yang, dimana di dalam hitam ada putih.
“Kostum Fedi juga tampil warna putih. Karena saya ingin membalik stereotip itu. Putih identik dengan suci, hitam identik dengan gelap. Kasihan dong orang kulit hitam selalu dianggap sebagai orang yang jahat. Padahal nggak,” sambungnya. (nano)
Tinggalkan Komentar