Jam Tangan Kayu “Kowal” Produksi Asli dari Klaten yang Sudah Mendunia

Suwanto memperlihatkan jam tangan kayu “Kowal” hasil produknya. (Foto: Pemkab Klaten)

Sukoharjonews.com (Klaten) – Jam tangan dari kayu mungkin bukan pilihan utama bagi warga saat ini. Produk ini sempat populer dan terus bertahan saat ini karena cukup diminati pasar dunia. Salah satunya produk jam tangan dari Kabupaten Klaten dengan merek “Kowal” yang merupakan produk perajin dari Kampung Gilangsari, Desa Pereng, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.


Mengunjungi lokasi produk jam tangan “Kowal” di Klaten, sejumlah perajin terlihat mengerjakan bagiannya masing-masing. Ada yang memotong kayu, membuat pola lingkaran, mengebor, hingga tahap akhir, seperti memasang stiker dan mesin jam.

Dikutip dari laman Pemkab Klaten, Senin (4/7/2022, jam tangan “Kowal” dikreasi oleh Suwanto. Kreativitas Suwanto tersebut mengantarkan jam tangan kayu karyanya dilirik pasar internasional. Meski bermodal kayu sisa, produknya laris manis di pasar Amerika Serikat.

“Awalnya mencoba memanfaatkan limbah produk mebel yang saya buat, bahkan alat produksinya saya buat sendiri. Tapi ternyata banyak peminatnya, sampai ada kontrak dengan buyer dari Amerika Serikat,” ungkapnya.

Suwanto memulai usaha kerajinan dari limbah kayu sejak 2006. Pada 2011 produk kerajinan kayu Suwanto mulai dikenal pasar mancanegera. Itu setelah dia mendapat pesanan jam tangan kayu dari Amerika Serikat. Pelanggan tersebut secara khusus memesan bracelet atau lebih dikenal dengan sebutan casing atau gelang jam tangan, berbahan kayu.

Selama kontrak tiga tahun yang dijalaninya, rata-rata Suwanto mengirimkan 2.500 jam tangan kayu ke Negeri Paman Sam. Dari pengiriman tersebut, omzet yang direngkuh Suwanto cukup besar.


Bahan baku yang digunakan berupa kayu mahoni, sonokeling, dan sawo. Bahan dari jenis kayu tersebut, menurut Suwanto memiliki karakter dan warna yang khas saat dipoles. Bahkan, tanpa pewarna pun, masing-masing bahan memiliki gurat warna yang otentik. Keunikan inilah yang menjadikan produk “Kowal” berkualitas dan bernilai jual tinggi.

Namun, setelah tiga tahun, Suwanto memilih melepas pelanggannya di Amerika. Pilihan tersebut bisa dibilang anti-mainstream. Pasalnya, dengan hanya menggarap pasar lokal, omzet yang dia terima justru lebih kecil dibandingkan saat bekerja sama dengan pelanggan di Amerika Serikat.

Pasar lokal dengan omzet yang jauh lebih kecil ini dilakoni demi mewujudkan kemandirian usaha dan memberdayakan masyarakat. “Pilihan ini saya ambil demi mewujudkan kemandirian usaha dan memberdayakan masyarakat,” tutur Suwanto.

Selain memproduksi jam tangan kayu, Suwanto juga mengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Cipta Karya. PKBM menyatu dengan rumah sekaligus bengkel kerjanya yang berada di Dukung Gilangsari. Lewat workshop inilah, ia menularkan kreativitas membuat jam tangan dari kayu.

Meski menggarap pasar lokal, namun produk yang dihasilkan pun tetap mempertahankan kualitas. Bicara jam tangan kayu, tidak bisa dilepaskan dari detail dari desainnya. Berbeda dari mebel kayu yang memiliki ukuran besar, pembuatan jam tangan kayu butuh ketelitian dan keluwesan menggunakan alat produksi. Proses yang panjang inilah yang turut meningkatkan nilai jual produk Kowal.


“Kalau bicara jam tangannya, tentu produk ini tidak bisa disandingkan dengan jam tangan bermerek. Tapi yang dijual adalah nilai seninya, kreativitasnya,” ungkapnya sembari menunjukkan produk jam tangan yang dipajang di showroom khusus tepat di samping workshop Kowal.

Di pasar lokal, harga jam tangan Kowal dibandrol dengan harga Rp300 ribu hingga Rp900 ribu tergantung bahan baku dan tingkat kerumitan pengerjaan.

Meski membidik pasar lokal, namun hal ini bukan perkara yang mudah. Seiring berjalannya waktu, jumlah perajin jam tangan kayu pun bertambah. Artinya persaingan produk jam tangan kayu di pasar lokal pun makin ketat.

Saat ini, banyak produsen jam tangan kayu yang menawarkan harga yang lebih murah. Meski begitu, Suwanto tak patah arang. Ia justru terpacu untuk menghasilkan inovasi produk yang semakin bernilai jual.

“Semakin banyak pesaing, berarti kita harus semakin kreatif. Apalagi produk craft, yang dicari adalah kreativitas produk yang dihasilkan. Semakin unik, semakin bernilaijual,” katanya.

Suwanto juga mengaku terus membekali dirinya dengan berbagai pengetahuan seputar digital marketing. Menurutnya, sebagai perajin sekaligus pengusaha yang menjadi bagian dari ekonomi kreatif, persaingan di pasar terbuka pun tak terelakkan.

Saat ini produk Kowal dapat dipesan melalui digital market place. Ia pun mengembangkan produk yang turut dipasarkan melalui laman media sosial Instagram @kowalwoodart.id. (nano)


How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *