Ini Alasan Mengapa Perempuan Lebih Mudah Cemas daripada Laki-laki

Alasan wanita lebih mudah cemas.(Foto: the sydney morning herald)

Sukoharjonews.com – Yang pasti, tidak semua wanita memiliki rasa khawatir yang kronis. Namun menurut National Institute of Mental Health, perempuan dua kali lebih mungkin didiagnosis menderita gangguan kecemasan dibandingkan laki-laki.


Dilansir dari live science, Kamis (27/6/2024), memahami alasannya tidaklah mudah. Dalam dua dekade terakhir, para peneliti telah meneliti fluktuasi hormonal, genetika, pemicu stres lingkungan, dan faktor budaya. Dan mereka menyimpulkan tidak ada alasan tunggal mengapa perempuan lebih rentan terhadap kecemasan dibandingkan laki-laki.

Ini benar-benar interaksi antara semua faktor yang menyebabkan tingkat kecemasan lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria,” kata Olga Brawman-Mintzer, direktur program gangguan kecemasan di Medical University of South Carolina di Charleston.

Otak penuh dengan reseptor untuk hormon wanita. Reseptor hormon ini juga berinteraksi dengan bahan kimia otak yang disebut neurotransmiter, yang terlibat dalam perasaan cemas. Interaksi ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa wanita berisiko lebih tinggi mengalami kecemasan dibandingkan pria. Sebuah artikel ulasan tahun 2006 di jurnal Neuropsychopharmacology menemukan bahwa risiko kecemasan pada wanita (dan sepupu dekatnya, depresi) meningkat setelah masa pubertas, ketika produksi estrogen mulai meningkat. Namun hubungan estrogen-kecemasan tidak linier.


Beberapa perbedaan gender mungkin bersifat evolusioner. Penelitian telah menunjukkan bahwa baik perempuan dewasa maupun anak perempuan lebih mungkin dibandingkan laki-laki dan anak laki-laki untuk menghubungkan kejadian buruk di masa lalu dan kemungkinan kejadian negatif di masa depan, yang juga dapat meningkatkan kecemasan terhadap apa yang akan terjadi. Ada kemungkinan bahwa mekanisme penanggulangan ini telah membantu nenek moyang kita berhasil membesarkan keturunan , namun di dunia sekarang ini, mekanisme tersebut mungkin membuat perempuan lebih rentan terhadap rasa khawatir.

Lalu ada faktor lingkungan. Harapan masyarakat dapat membentuk gejala kecemasan, dan perempuan mungkin menghadapi beban budaya yang berbeda dibandingkan laki-laki. Dalam sebuah penelitian, para peneliti bertanya kepada perempuan Swedia tentang kesehatan dan tingkat stres mereka, dan menemukan bahwa kombinasi tekanan pekerjaan dan pekerjaan rumah tangga yang tidak dibayar menyebabkan kesehatan yang lebih buruk, menurut sebuah artikel di International Journal of Behavioral Medicine pada tahun 2006.(patrisia argi)


How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *