Sukoharjonews.com -Narsisme merupakan salah satu gangguan kepribadian yang paling terkenal dalam dunia psikolog. Namun, ada satu lagi gangguan kepribadian yang mirip dengan narsisme tapi jarang dibicarakan, yaitu ekoisme.
Dilansir dari Huffpost, Rabu (21/6/2023), “Echoist adalah orang yang tampaknya tidak memiliki banyak keinginan sendiri, hanya mencerminkan dan merefleksikan kembali apa yang dikatakan orang lain, biasanya orang yang lebih dominan,” kata Audrey Tang, seorang psikolog dan penulis The Leader’s Guide to Resilience.
Penyebab Ekoisme
Para peneliti telah menemukan bahwa echoist cenderung lebih sensitif secara temperamental dan empatik, sifat yang kemungkinan berkembang dari kombinasi genetika dan lingkungan, sebagaimana dilansir dari Huffpost. Anak-anak yang sensitif sering mengembangkan echo karena mereka dibesarkan oleh orang tua narsistik yang menuntut perhatian berlebihan dan menghabiskan sebagian besar ruang dalam hubungan.
Di lain waktu, echoist mengembangkan sifat tersebut karena mereka memiliki orang tua yang juga memiliki sifat ekoisme. “Para orang tua dengan sifat ekoisme ini mengirimkan pesan kepada anak mereka bahwa menginginkan perhatian khusus atau mengungkapkan kekecewaan adalah hal terburuk yang dapat dilakukan seseorang,” kata Craig Malkin, dosen di Harvard School dan penulis Rethinking Narcissism.
Dalam hubungan romantis, echoist bisa menjadi mekanisme defensif yang digunakan pasangan untuk memuaskan pasangan narsistik, menurut Kerry McAvoy, psikolog dan pembawa acara podcast Breaking Free from Narcissistic Abuse. “Dalam keinginan untuk dihargai dan dilihat, echoist berusaha untuk hidup narsisis dengan melayani kebutuhan orang itu,” katanya McAvory.
“Alih-alih berfokus pada diri echoist itu sendiri, orang lain dalam hubungan tersebut menjadi objek utama,” lanjutnya.
Yang penting dalam pikiran echoist adalah keinginan, hasrat, pikiran, dan kebutuhan pasangannya.
Ciri-Ciri Seorang Echoist
Penting untuk mengetahui apakah kamu memiliki ciri-ciri di bawah ini untuk melihat apakah kamu seorang echoist atau bukan. Namun perlu diperhatikan, jangan asal self diagnose, ya!
Berikut beberapa ciri seorang echoist yang telah dilansir dari Mind Body Green:
-Memiliki harga diri yang rendah.
-Mengutamakan kebutuhan orang lain daripada diri sendiri.
-Memiliki batasan yang buruk.
-Sengaja menonjolkan diri, dan
-Tidak pernah meminta bantuan.
Jika kamu sudah mengetahui ciri-ciri seorang echoist dan kamu merasa memiliki beberapa ciri yang sudah disebutkan, kamu tidak perlu khawatir. Sebagaimana dilansir dari Huffpost, para peneliti mengatakan ada cara untuk memperbaikinya, seperti:
-Menolak gagasan untuk mendahulukan kebutuhan orang lain.
-Memeriksa kesalahan diri sendiri.
-Berusaha untuk mengembangkan kesadaran diri.
-Berhubung dengan kemarahan yang sehat, dan
-Jangan takut meminta bantuan profesional.
Berasal dari Mitologi Yunani
Sama seperti sifat narsistik, sifat ekoisme berasal dari mitologi Yunani. Dalam mitologi versi Ovid, Echo digambarkan sebagai nymph yang banyak bicara yang dikutuk oleh para dewa untuk mengulangi kata-kata terakhir orang lain. Echo pun akhirnya bertemu dengan Narcissus dan jatuh cinta padanya.
Sayangnya, Narcissus menolak Echo dan jatuh cinta pada bayangannya sendiri akibat kutukan dari para dewa karena Narcissus terlalu memuji dirinya sendiri. Dalam beberapa versi, Echo diceritakan mati dan berubah menjadi batu, suaranya pun menggemakan perasaan cintanya pada Narcissus.
Tidak seperti gangguan kepribadian narsistik, ekoisme bukanlah diagnosis medis. Ini lebih merupakan sifat atau strategi bertahan hidup. “Echoist menjalani hidup dengan aturan ‘semakin sedikit ruang yang saya ambil, semakin baik.’ Kebutuhan mereka membuat mereka sangat tidak nyaman dan tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa para echoist ekstrem membenci kebutuhan mereka sendiri.”(patrisia argi)
Tinggalkan Komentar