Sukoharjonews.com – Pada saat proses penyembuhan luka, seringkali timbul rasa gatal yang tidak tertahan. Meski tidak nyaman, namun jangan sampai luka digaruk walau segatal apapun. Luka yang digaruk akan berisiko terbuka kembali dan mengganggu pemulihannya.
Dilansir dari kavacare, Jum’at (8/11/2024), Hampir setiap orang yang menjalani proses pemulihan luka akan merasa gatal di area luka. Gatal biasanya paling terasa tepat pada luka atau di sekitarnya.
Meski ada banyak hal yang membuat luka terasa gatal, dua penyebab yang paling umum yaitu pertumbuhan sel baru dan gesekan pada luka. Berikut ini berbagai penyebab bekas luka terasa gatal.
1. Pertumbuhan Sel Baru
Penyebab utama luka terasa gatal adalah karena terjadinya pertumbuhan sel baru. Dalam proses penyembuhan, tubuh akan menumbuhkan sel-sel baru pada kulit. Pada tahap ini, akan muncul rasa gatal karena saraf-saraf memberi sinyal agar kita memeriksa bagian luka tersebut. Serat-serat pada saraf pun dapat mengeluarkan senyawa seperti histamin.
Histamin merupakan pemicu gatal alami yang dimiliki tubuh. Dalam proses penyembuhan luka, histamin membantu proses penumbuhan kembali jaringan yang rusak.
Rasa gatal ini sama seperti ketika ada benda asing yang masuk, tubuh merespon dengan mengeluarkan histamin untuk melindungi dari hal-hal yang tidak seharusnya masuk ke dalam tubuh.
2. Gesekan pada Luka
Luka juga bisa terasa gatal ketika mulai kering dan bergesekan dengan permukaan pakaian. Biasanya gatal ini terjadi pada bekas luka yang timbul dan menebal.
Sementara itu pada luka bakar, biasanya lapisan kulit baru lebih kencang. Saat bergerak, bagian tersebut mungkin meregang dan tertarik, kemudian muncul rasa gatal.
Jenis-Jenis Bekas Luka yang Bisa Terasa Gatal
Ada beberapa jenis luka yang bisa terasa gatal ketika dalam fase penyembuhan, yaitu:
1. Luka Keloid
Luka keloid adalah luka yang terbentuk ketika produksi kolagen berlebih menutup luka, namun muncul lapisan tambahan di atasnya. Akibatnya muncul bekas luka yang tampak menonjol dibanding kulit sehat di sekitar.
Lapisan tambahan tersebut dapat tumbuh melewati area terdampak cidera. Ini menyebabkan bekas luka keloid tampak melebar dibanding luka sebelum menutup.
Luka keloid biasanya terasa tebal, menonjol, dan tampak tumbuh tidak beraturan di atas area luka. Umumnya luka keloid berwarna kemerahan atau lebih gelap dibandingkan area kulit sekitarnya.
2. Luka Hipertropik
Luka hipertropik adalah luka yang terjadi saat adanya proses abnormal di fase penyembuhan. Normalnya, luka akan menutup dengan lapisan kulit yang rata dengan kulit sehat di sekitarnya. Namun pada luka hipertropik, muncul lapisan jaringan baru sehingga bekas luka tampak timbul.
Jaringan baru ini terbentuk dari kolagen yang lebih tebal dan kaku dari kulit normal. Akibatnya pada proses penyembuhan, bekas luka yang seharusnya secara bertahap kembali seperti kulit sehat di sekitarnya justru tampak timbul. Namun jenis luka ini dapat sembuh secara sempurna dalam rentang waktu bulanan dan tahunan
3. Luka Kontraktur
Luka kontraktur adalah kondisi abnormal ketika bagian lebar kulit mengalami kerusakan. Jenis luka ini paling sering terbentuk setelah pemulihan dari luka bakar. Biasanya pada luka kontraktur, kulit dalam proses pemulihan menjadi lebih kaku.
Hal ini diakibatkan tumbuhnya lapisan kulit baru justru memendek. Maka kulit terasa tertarik, kencang, dan tidak fleksibel seperti kondisi kulit sehat.(patrisia argi)
Tinggalkan Komentar