Fenomena People Pleaser, Cek Disini Penyebab, Dampak, dan Solusinya

Ilustrasi. (Foto: Pinterest)

Sukoharjonews.com – Fenomena people pleaser atau perilaku menyenangkan orang lain secara berlebihan semakin banyak ditemukan di masyarakat. Dalam konteks psikologi, perilaku ini diidentifikasi sebagai kecenderungan seseorang untuk mengutamakan kepentingan orang lain hingga mengabaikan kebutuhan dan kepentingannya sendiri.

Dikutip dari Journal of Social and Clinical Psychology, Jumat (15/11/2024), peneliti menyatakan bahwa pola ini sering kali muncul sebagai bentuk strategi adaptif dalam lingkungan sosial, meskipun dampaknya justru dapat merugikan diri sendiri.

Penyebab People Pleaser menurut International Journal of Behavioral Science, faktor utama yang mempengaruhi perilaku people pleasing adalah rasa takut akan penolakan dan keinginan untuk diterima oleh lingkungan sosial. Hal ini biasanya berkaitan dengan pengalaman masa kecil yang melibatkan kurangnya validasi atau perhatian dari orang tua atau pengasuh.

Seseorang dengan pola asuh yang kritis atau sulit merasa dihargai lebih rentan mengembangkan pola ini di kemudian hari. Selain itu, faktor budaya juga turut mempengaruhi, terutama dalam masyarakat yang sangat menekankan keharmonisan dan keterikatan sosial.

Dampak Negatif People Pleaser Kebiasaan ini, meski sering dianggap baik oleh orang lain, dapat menimbulkan dampak buruk bagi pelakunya. Menurut jurnal Personality and Social Psychology Review, orang yang cenderung menjadi people pleaser sering kali mengalami stres, kelelahan, dan bahkan depresi karena mereka cenderung menekan emosinya sendiri demi memenuhi harapan orang lain.

Studi tersebut juga menemukan bahwa perilaku ini bisa merusak harga diri seseorang dan memperparah perasaan tidak mampu atau rendah diri, karena kebiasaan memvalidasi diri berdasarkan penilaian orang lain.

Langkah Penanganan dan Solusi Mengatasi kecenderungan menjadi people pleaser membutuhkan usaha dalam mengembangkan kesadaran diri dan kemampuan untuk berkata “tidak.” Berdasarkan temuan dalam Journal of Applied Psychology, terapi kognitif-perilaku (CBT) dan konseling psikologis terbukti efektif membantu individu mengenali pola pemikiran yang salah dan belajar mengutamakan kebutuhan pribadi tanpa merasa bersalah.

Selain itu, mempraktikkan batasan dalam interaksi sosial juga menjadi cara penting untuk mencegah kecenderungan ini. Dalam upaya ini, dukungan dari orang terdekat sangat diperlukan untuk memberi ruang bagi mereka mengekspresikan diri secara lebih autentik.

People pleaser merupakan fenomena psikologis yang dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan mental. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk lebih memahami penyebab, dampak, dan cara penanganannya. Memprioritaskan diri sendiri bukanlah tindakan egois, melainkan bentuk penghargaan terhadap kesejahteraan mental dan emosional yang dapat membawa individu pada kehidupan yang lebih seimbang dan sehat. (mg-02/nano)


How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *