Sukoharjonews.com (Gatak) – Sistem pertanian Minapadi di Kabupaten Sukoharjo mendapat perhatian “Food and Agriculture Organization” (FAO) atau Badan Pangan Dunia. Perhatian tersebut diwujudkan dengan kunjungan Permanent Representatives FAO di Indonesia ke lokasi Minapadi di Desa Geneng, Kecamatan Gatak, Kamis (1/11). mendapat dukungan dari FAO, Pemkab Sukoharjo pun berencana menambah luas lahan untuk sistem Minapadi tersebut. Dari 18 hektar menjadi 25 hektar di tahun 2019 mendatang.
Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya menyambut langsung kedatangan rombongan Permanent Representatives FAO di Indonesia. Perwakilan tetap FAO tersebut berasal dari delapan negara. Masing-masing dari Nigeria, Algeria, Thailand, Norway, Chile, Jordan, Amerika Serikat, dan Australia. Dalam kesempatan itu, Wardoyo menjelaskan pada tahun 2018 ini sudah menerapkan Minapadi seluas 18 hektar di dua wilayah. Masing-masing di Desa Dalangan, Kecamatan Tawangsari dan Desa Geneng, Kecamatan Gatak.
“Selama diterapkan sistem Minapadi, petani dapat menikmati hasil memuaskan. Setiap panen, petani mendapatkan hasil 9,69 ton per hektar gabah kering panen (GKP),” jelas Bupati.
Menurutnya, hasil tersebut jauh diatas hasil panen padi non Minapadi yang hanya menghasilkan 8,60 ton per hektare GKP. Penerapan sistem Minapadi juga memberikan keuntungan bagi petani berupa efisiensi biaya produksi dari pengurangan pupuk dan tidak menggunakan pestisida. Sebab, petani mengandalkan alam berupa pupuk alami dari kotoran ikan untuk pengembangan tanaman padi.
Selain itu, petani juga sekaligus bisa mendapatkan hasil dari panen ikan. Bahkan, harga padi hasil panen Minapadi juga lebih baik karena tinggi dan ada selisih Rp5.000 per kilogram dibandingkan panen non Minapadi. Besarnya keuntungan dan pentingnya Minapadi membuat Pemkab Sukoharjo memberikan perhatian lebih pada sistem Minapadi.
Direktur Produksi dan Usaha Budidaya, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Umi Windriani mengatakan, Minapadi dijadikan kegiatan unggulan karena beberapa alasan. Diantaranya dapat dilakukan dengan mudah oleh petani, dapat memberikan tambahan pendapatan petani hingga 40%, menghasilkan padi organik karena pada saat proses produksi padi tidak mengggunakan pestisida, serta minim dalam penggunaan pupuk.
“Dari satu hektar Minapadi, petani mampu menghasilkan 1 ton ikan, dengan panen padi sebanyak 8–10 ton dari semula panen padi sebanyak 6–7 ton,” ujarnya.
Menurutnya, kegiatan tersebut sangat membanggakan karena program Minapadi yang digarap KKP bersama FAO di Kabupaten Sukoharjo menjadi percontohan internasional dan telah memposisikan Indonesia sebagai salah satu rujukan FAO di level Asia-Pasifik, dan saat ini sudah dikenalkan ke lima benua. FAO telah mendukung program Minapadi di Indonesia sejak tahun 2016 yang berlokasi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta dan lima puluh kota dengan luasan masing-masing 25 hektar dan pada tahun 2018 ini telah berhasil dikembangkan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah seluas 18 hektar.
Sementara itu, Stephen Rudgard, FAO Representative yang ada di Indonesia mengharapkan agar perwakilan delegasi FAO yang hadir dapat menyampaikan keberhasilan Minapadi Indonesia ke seluruh 193 negara annggota FAO. Sehingga, Minapadi dapat digaungkan ke seluruh dunia. FAO juga mengapresiasi pengembangan Minapadi di Sukoharjo. “Meskipun baru pertama kali dilakukan namun Minapadi mampu memberikan hasil yang menggembirakan,” ujarnya. (erlano putra)
Facebook Comments