Sukoharjonews.com – Kasus “child grooming” atau tindakan kekerasan seksual kepada anak secara online semakin meningkat secara global, dengan laporan yang menunjukkan bahwa anak-anak semakin muda menjadi target eksploitasi. Jumlah gambar dan video eksploitasi seksual anak yang dihasilkan secara “self-generated” meningkat pesat pada 2023, dengan lebih dari 275.000 halaman web berisi materi tersebut.
Dikutip dari International Watch Foundation (IWF), Rabu (20/11/2024), anak-anak di bawah 10 tahun menjadi kelompok yang paling rentan, sering kali dipaksa untuk berpartisipasi dalam tindakan tidak pantas melalui perangkat digital seperti webcam. Data ini menunjukkan peningkatan 66% dibanding tahun sebelumnya.
Laporan Childlight Global Index memperingatkan bahwa eksploitasi anak ini telah menjadi pandemi tersembunyi, dengan insiden terjadi di setiap negara. Paul Stanfield, CEO Childlight, mendesak agar isu ini ditangani seperti krisis kesehatan publik, menyerukan kerja sama global untuk melindungi anak-anak dari bahaya yang terus berkembang, terutama dengan kemajuan teknologi yang mempermudah penyebaran materi pelecehan.
Masalah ini diperparah oleh kebijakan perusahaan teknologi. Langkah Meta untuk mengenkripsi komunikasi di Facebook Messenger tanpa sistem keamanan memadai mendapat kritik keras, karena dianggap memberi ruang aman bagi pelaku untuk bertindak tanpa terdeteksi.
Para ahli mendesak kolaborasi internasional, regulasi yang lebih ketat terhadap platform digital, dan pengembangan alat untuk mendeteksi serta mencegah penyebaran materi pelecehan. Upaya ini diperlukan untuk mengurangi dampak traumatis yang dirasakan korban, seperti rasa malu, isolasi sosial, dan kesulitan mental.
Isu ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk melindungi anak-anak di dunia digital yang semakin kompleks dan berbahaya. Keamanan anak-anak harus menjadi prioritas utama dalam pengembangan teknologi dan kebijakan global. (mg-02/nano)
Tinggalkan Komentar