Sukoharjonews.com (Sukoharjo) – Program “Integrated Farming” yang dikembangkan di Desa Jagan oleh Kelompok Tani (Klomtan) Subur Mulyo menginspirasi Dandim 0726 Sukoharjo Letkol Inf Chandra Ariyadi Prakosa. Integrated Farming di Desa Jagan yang jadi demplot percontohan Kodim terbukti sukses dan mampu membuat lahan kritis menjadi lahan produktif. Dandim terobsesi untuk mengembangkan sistem tersebut ke lahan kritis lainnya.
“Lahan kritis yang digunakan oleh Klomtan Subur Mulyo hanya sebagian kecil. Padahal, lahan kritis di Desa Jagan mencapai 200 hektar,” jelas Dandim, Selasa (7/8).
Dikatakan Dandim, apa yang dilakukan oleh Subur Mulyo di Desa Jagan sangat bagus. Terbukti, lahan kritis yang selama ini jadi lahan tadah hujan bisa dijadikan lahan produktif. Dalam setahun bahkan bisa panen minimal tiga kali. Padahal, sebelumnya hanya bisa panen sekali saat musim hujan saja. Untuk itu, Dandim berangan-angan, sistem “integrated farming” tersebut bisa diterapkan di lahan kritis lainnya.
Saat ini, ujar Dandim, dirinya masih fokus di Desa Jagan yang memiliki lahan kritis hingga 200 hektar. Jika sistem yang sama bisa diterapkan oleh klomtan lain di Desa Jagan, dirinya optimistis produktivitas pertanian akan meningkat. Bahkan, jika kawasan “integrated farming” bisa dilakukan, kawasan bisa dijadikan objek eko wisata.
“Untuk mewujudkannya memang butuh dukungan semua pihak. Baik itu petani itu sendiri, pemerintah daerah, pemerintah pusat, hingga pihak ketiga dalam hal ini perbankan. Dalam waktu dekat kami akan mengundang klomtan membicarakan masalah ini,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini petani masih ragu-ragu karena menganggap biayanya besar. Padahal, hitungan biaya seperti yang dilakukan Klomtan Subur Mulyo cukup masuk akal. Pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pertanian diyakini akan membantu karena tengah mengejar luas tambah tanam. Yang penting, ujar Dandim, kemauan dan mental petani untuk maju harus ditingkatkan dan didukung oleh semua pihak utamanya pemerintah.
Dandin merasa yakin, jika “integrated farming” diterapkan di lahan kritis lain, hasilnya akan lebih tinggi. Sistem menggabungkan antara pertanian, peternakan, dan perikanan sangat prospektif. Sumber utama pengairan sendiri menggunakan sumur dalam dengan kedalaman sekitar 90 meter. (erlano putra)
Tinggalkan Komentar