Sukoharjonews.com – Rumah Arca Sukoharjo suatu tempat melestarikan cagar alam peninggalan sejarah. Beberapa arca yang terkumpul sebelum masuknya agama Islam. Arca sendiri sebuah Cagar Budaya (CB) yang secara arkeologi tidak bisa diketahui pasti usianya berapa, tetapi bisa diketahui terkait abad ke berapa benda CB tersebut.
Selama ini, Rumah Arca Sukoharjo dipelihara oleh Sadimin, 45. Bapak tiga anak tersebut mulai menjlani tugas sebagai Juru Pelihara Rumah Arca Sukoharjo sejak tahun 2001. Sadimin sendiri tinggal bersama keluarga di Dukuh Walang RT 3 RW II, Kelurahan Jombor, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo.
Sebagai juru pelihara arca tidak datang tiba-tiba karena hal itu berawal bekerja di Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala yang sekarang bernama Kantor BPCB di Prambanan, Jawa Tengah. Pada bulan Desember 2023 nama tersebut beralih menjadi Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK).
Sebagai juru pelihara, Sadimin memiliki tugas yang harus dilakukan setiap hari di Rumah Arca Sukoharjo. Sadimin yang telah diamanahi menjadi juru pelihara menjalankan tugasnya yaitu membersihkan rumah arca, melayani pengunjung, menjaga keamanan dan merawat arca-arca.
“Saya ditugaskan sebagai Juru Pelihara Rumah Arca Sukoharjo sejak tahun 2002. Rumah Aca ini merupakan Cagar Budaya,” ungkapnya, Selasa (30/1/2024).
Ternyata untuk membersihkan Benda Cagar Budaya (BCB) tidak boleh sembangan karena harus melalui pelatihan khusus. Menurutnya, membersihkan BCB memiliki dua teknis, yakni teknis manual kering dan manual basah. Menjadi juru pelihara harus menjauhi barang kimia untuk membersihkannya karena dapat mengurangi keaslian arca secara alami.
Apabila akan menerapkan manual basah, lanjutnya, cukup dengan air secukupnya. Sedangkan untuk manual kering intinya tidak menggunakan air dan cukup menggunakan sapu lidi yang bersifat kaku. Keberhasilan menjadi juru pelihara BCB akan dianggap berhasil dari hasil BCB yang dirawatnya.
Sadimin menungkapkan, Rumah Arca Sukoharjo dengan “baswara” membawa jiwa setiap arca memiliki adiwarna yang abadi. Arca yang paling agung dengan cerita sejarahnya yaitu arca jenis Yoni dan Lingga. Lingga sendiri menggambarkan Dewa Siwa, sedangkan Yoni menggambarkan Dewi Parwati. Tidak hanya itu saja, ada jenis arca yang lebih “dikara” oleh Dewa Siwa yaitu jenis arca berupa hewan sapi. Hewan sapi dahulu sebagai hewan yang ditunggangi oleh Dewa Siwa, sehingga hewan sapi menjadi hewan nirmala bagi Dewa Siwa.
Terlihat salah satu arca yang menarik untuk dipandang dan diresapi dalam pikiran terkait hal santet. Arca tersebut berada di posisi tengah pintu masuk Rumah Arca dimana arca berbentuk persegi panjang dengan sebutan Rojopolo. Rojopolo ini menjadi nirwana yang kuat sebagai tolak santet atau istilah Jawa magari agar tidak terkena santet. Biasanya diletakkan di atas bangunan candi.
Mengenal tentang arca, orang awam akan beranggapan bahwa ini hanyalah sebuah batu yang bentuknya beraneka ragam. Tetapi orang yang paham arkeologi akan menilai bahwa arca merupakan benda peninggalan sejarah yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Sebagai human yang menjadi asa bangsa, perlu kesadaran melestarikan budaya bangsa terkhusus peninggalan sejarah salah satunya arca.
Disinggung tentang pengalamannya selama menjadi Juru Pelihara Rumah Arca, Sadimin mengaku selama ini banyak mengalami kisah-kisah mistis yang sulit dipercaya. “Awalnya ya sempat ada perasaan takut-takut juga dan merasa kurang nyaman dengan lingkungan sekitar,” ujarnya.
Namun, karena sudah menjadi tugasnya, memelihara arca tersebut diakerjakan dengan penuh tanggung jawab dan profesional. Lama kelamaan, karena sudah terbiasanya, perasaan takut dan tidak nyaman hilang dengan sendirinya.
Sadimin menuturkan, pernah suatu waktu ketika arca di salah satu daerah Sukoharjo yang hanya berukuran sekitar 30 cm hendak dipindahkan. Ketika arca sudah masuk mobil, terkesan arca tersebut sangat berat dan “menimpa” mobil. Selain itu, mesin mobil tidak bisa dinyalakan sehingga arcadikembalikan ke lokasi semula.
Soal cerita mistis, Sadimin mengaku banyak dialami oleh pengunjung. Bahkan, anak Sadimin sendiri ketika awal masuk Rumah Arca Sukoharjo, melihat sosok mbah tua yang berada di dekat arca. Mendengar celetukan anaknya, Sadimin mencoba menenangkan bahwa semua yang ada di sini tujuannya baik meski ada beberapa yang jail.
Kejadian yang pernah Sadimin lihat langsung dengan mata kepalanya, seorang pengunjung tiba-tiba datang atas ajakan makhluk yang tidak dapat terlihat oleh mata terlanjang. Pengunjung itumasuk ke dalam Rumah Arca duduk bersila dan mengobrol dalam jangka waktu 30 menitan. Ketika Sadimin bertanya ada tujuan apa ke sini? orang itu hanya menjawab karena disuruh mampir sini sebentar oleh salah satu penjaga sini.
“Ketika orang itu bilang demikian, saya hanya bisa tersenyum dan memaklumi saja,’ ujarnya. (myatun-mg2/nano)
Facebook Comments