Bagaimana Keistimewaan Wanita Single Mother dalam Islam?

Keistimewaan wanita single dalam islam.(Foto: kalam)

Sukoharjonews.com – Single mother ialah ibu sebagai orangtua tunggal harus menggantikan peran ayah sebagai kepala keluarga, pengambil keputusan, pencari nafkah disamping perannya mengurus rumah tangga, membesarkan, membimbing, dan memenuhi kebutuhan psikis anak.

Dikutip dari Cahaya Islami, pada Kamis (17/10/2024), bukan hal mudah bagi seorang janda (single parent) untuk merawat anak-anaknya sendirian. Meski boleh menikah lagi, banyak janda yang memilih setia pada suami yang telah meninggal. Di sinilah perjuangan seorang orangtua tunggal benar-benar mendapat ujian dari Allah.

Jika seorang Wanita mampu bertahan tanpa seorang suami dan membesarkan anak-anaknya sendiri, Rasulullah akan mengistimewakannya di akhirat. Hal ini sesuai dengan hadits berikut:

أَنَا وَامْرَأَةٌ سَفْعَاءُ الْخَدَّيْنِ كَهَاتَيْنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ‏”‏ ‏.‏ وَأَوْمَأَ يَزِيدُ بِالْوُسْطَى وَالسَّبَّابَةِ ‏”‏ امْرَأَةٌ آمَتْ مِنْ زَوْجِهَا ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ حَبَسَتْ نَفْسَهَا عَلَى يَتَامَاهَا حَتَّى بَانُوا أَوْ مَاتُوا

“Di hari kiamat, aku bersama Perempuan yang kedua pipinya kehitam-hitaman (sebab bekerja terus, tidak punya waktu berhias) seperti ini – memberi isyarat jari Tengah & telunjuk – yakni perempuan cantik dengan derajat tinggi yang kehilangan suaminya & mengabdikan diri untuk anak-anaknya hingga mereka berpisah (mati).” (1)

Oleh sebab itu, seorang janda yang memilih tidak mencari suami lagi, kemudian menafkahi sendiri anak-anaknya hingga mereka dewasa ataupun dia meninggal, ia akan mendapat pahala besar. Lalu, di surga kelak akan dekat dengan Rasulullah, seperti perumpamaan yang ada pada hadits di atas.

Apakah Single Parent Sebaiknya Menikah Lagi?
Muhammad Syakir asy-Syarif dalam kitabnya Lin Nisa’ Ahkam wa Adab Syarh al-Arba’in an-Nisa’iyah menjelaskan bahwa tiap Wanita single parent punya kondisi keutamaan yang beda-beda. Kalau Wanita itu masih muda, punya syahwat biologis, dan khawatir terjadi zina, hendaknya ia menikah lagi. Tentu saja, dengan seorang laki-laki yang dapat menjaganya serta dapat memberi kebaikan baik untuk dirinya maupun anak-anaknya.

Lalu, kalau Wanita itu tidak bisa membesarkan (merawat) anaknya sendiri, maka lebih baik baginya untuk menikah lagi. Sementara itu, sebagian wanita meyakini bahwa yang maslahat ialah tidak menikah lagi. Tujuannya adalah supaya dapat fokus memberikan pengajaran, Pendidikan, dan perhatian kepada anak-anaknya, ia berhak memilih haknya tersebut. Apalagi kalau ia ingin mendapatkan keutamaan memelihara anak yatim.

Pasalnya, seorang janda yang mengurusi anaknya sendiri sama dengan memelihara anak yatim, meski mereka adalah anak-anaknya sendiri. Rasulullah bersabda:

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا ‏”‏‏.‏ وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى، وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا‏

“Di surga, aku dan orang yang memelihara anak yatim seperti ini.” Beliau memberi isyarat dengan 2 jari, yaitu jari telunjuk dan Tengah.

Wanita Bersama Suami Terakhirnya di Surga
Ada juga seorang janda yang lebih memilih tidak mencari pasangan lagi karena ia ingin berkumpul dengan suaminya yang sudah meninggal di surga kelak. Pasalnya, seorang Muslimah yang menikah beberapa kali di dunia, jika ia dan suami-suaminya masuk surga semua, Allah mengumpulkannya dengan suami terakhirnya.

Suatu ketika, Muawiyah bin Abi Sufyan meminang Ummu Darda yang telah ditinggal mati suaminya (Abu Darda). Tapi, Ummu Darda menolak pinangan Muawiyah bin Abi Sufyan. Ia mengatakan bahwa ia tidak ingin mengutamakan Muawiyah bin Abi Sufyan dari Abu Darda.(cita septa)

Cita Septa Habibawati:
Tinggalkan Komentar