Sukoharjonews.com (NTT) – Penyaluran 438 ribu paket bantuan pangan stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT) oleh PT Rajawali Nusindo yang merupakan anak perusahaan dari Holding BUMN Pangan ID FOOD masih dilakukan. Penyaluran ditargetkan selesai 100% pada awal bulan ini.
Direktur Utama PT Rajawali Nusindo, Wahyu Sakti, hadir secara langsung di Kupang pada Jumat (4/10) untuk memastikan proses distribusi berjalan lancar. Bantuan ini bertujuan untuk mengatasi masalah stunting yang masih menjadi tantangan di wilayah tersebut.
Paket bantuan yang diberikan berupa telur dan daging ayam, dengan total 438 ribu paket yang disalurkan secara bertahap. Proses distribusi dilakukan dalam dua tahap sepanjang tahun 2024. Dengan realisasi penuh pada awal Oktober, diharapkan bantuan ini dapat memberikan dampak signifikan terhadap penurunan angka stunting di NTT
“Pengiriman paket bantuan sebanyak 438 ribu paket dilaksanakan dalam dua tahap dan akan selesai pada Minggu ini,” ujarnya, dikutip dari laman KabarBUMN, Sabtu (5/10/2024).
Wahyu merinci, 438 ribu paket bantuan tersebut disalurkan kepada 73 ribu Keluarga Risiko Stunting (KRS) di wilayah NTT berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
“Penyaluran dilakukan dalam 2 tahap, di mana setiap tahapannya disalurkan sebanyak 219 ribu paket,” ujarnya.
Penyaluran di provinsi NTT pada setiap tahapan dilakukan di 7 kabupaten/kota, terdiri dari Atambua dengan kuota sebanyak 15.534 paket, Ende sebanyak 17.766 paket. Komodo 43.128, Kupang 48.438 paket, Maumere 26.265 paket, Soe 24.294 paket dan Waingapu 43.779 paket.
“Setiap paket terdiri dari 10 butir telur ayam dan 1 kg daging ayam,” jelas Wahyu.
Ia berharap, kerja sama penyaluran bantuan pangan tersebut dapat memenuhi asupan gizi bagi keluarga yang mempunyai balita rawan stunting serta bagi ibu hamil. Sehingga dapat turut menurunkan tingkat prevalensi stunting di salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur tersebut.
“Harapannya bantuan yang diberikan tersebut bisa bermanfaat dan segera bisa diolah untuk menambah asupan gizi bagi ibu hamil dan anak balita di wilayah NTT yang masuk ke dalam kategori rawan stunting,” katanya.
Seperti diketahui Stunting di Provinsi NTT merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup mendesak dan memerlukan perhatian serius.
Berdasarkan berbagai laporan, NTT merupakan salah satu Provinsi kedua dengan angka stunting tertinggi di Indonesia setelah Provinsi Papua Pegunungan. Pada tahun 2023 prevalensi stunting di Provinsi NTT sebesar 37,9 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 37 hingga 38 dari 100 balita di Provinsi NTT mengalami stunting.
Sementara berdasarkan data aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat per Februari 2024, prevalensi stunting di NTT sebesar 15,2% atau sebanyak 61.961 anak stunting. (nano)
Facebook Comments