Sukoharjonews.com – Toxic masculinity adalah bagaimana ekspektasi berbasis gender masyarakat terhadap pria dapat melahirkan karakteristik dan perilaku yang tidak membantu, termasuk kesulitan mengungkapkan emosi dan kepercayaan diri yang berlebihan.
Dilansir dari Healthline, Sabtu (11/2/2023), para psikolog dan peneliti juga mulai mempertimbangkan topik serupa, yaitu toxic feminity. Singkatnya, istilah ini menggambarkan potensi dampak negatif dari standar masyarakat terhadap perempuan. Cari tahu lebih lanjut seputar toxic feminity berikut ini.
Pengertian Toxic Feminity
Toxic feminity atau feminitas beracun dapat menggambarkan kejadian apa pun ketika perempuan secara eksplisit disuruh menyesuaikan diri dengan stereotip tradisional atau berusaha untuk menyelaraskan diri dengan stereotip itu sendiri. Meaghan Rice selaku terapis berlisensi mencatat bahwa toxic feminity berasal dari anggapan masyarakat yang kaku dan setiap orang memperkuatnya sepanjang waktu.
Ini sering terjadi sebagai upaya bawah sadar untuk menemukan nilai atau merasa diterima dalam masyarakat patriarki. Toxic feminity dan toxic masculinity terkait dengan konsep lain yang berakar pada misogini, seksisme yang baik hati. Bentuk seksisme yang lebih halus ini mungkin tampak bermaksud baik, tapi tetap dapat membahayakan.
Tanda-tanda Toxic Feminity
Ada beberapa tanda umum dari toxic feminity yang perlu diperhatikan, baik dalam diri kamu atau orang lain, yaitu:
1. Kamu merasa harus selalu memiliki pasangan meski kamu tidak menginginkan sebuah hubungan.
2. Penghakiman atau rasa malu karena belum memiliki anak.
3. Mengorbankan kesehatan agar sesuai dengan harapan masyarakat untuk perempuan.
4. Menempatkan kebutuhan dan keinginan lawan jenis di atas kebutuhan dan keinginan kamu sendiri.
5. Meremehkan kemampuan kamu.
6. Menghindari konfrontasi dengan pria.
7. Menilai perempuan lain atau mendapatkan penilaian dari perempuan lain karena tidak cukup feminin.
Media sosial juga dapat berkontribusi pada feminitas yang beracun, lho! Jadi, kamu wajib waspada terhadap media sosial, salah satunya contohnya adalah influencer yang mencontohkan beberapa diet berbahaya.
Dampak Toxic Feminity
Feminitas beracun dapat memengaruhi kesehatan fisik dengan mempromosikan standar kecantikan yang tidak realistis, yang dapat mengakibatkan dysmorphia tubuh dan gangguan makan. Toxic feminity juga dapat menjadi faktor ekspektasi yang tidak realistis dalam hal mengasuh pasangan, anak-anak, sampai pekerjaan rumah tangga.
Toxic feminity dapat mengakibatkan kelelahan yang parah karena melakukan kerja fisik dan emosional orang-orang di sekitar kamu. Stres kronis yang diakibatkan dari toxic feminity juga dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang serius, seperti maag, kanker, stroke, dan penyakit jantung.(patrisia argi)
Facebook Comments