Sukoharjonews.com (Sukoharjo) – Pandemi virus coroba benar-benar menyedot perhatian masyarakat. Namun, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) juga tidak bisa disepelekan karena hingga minggu ke-24 kasus DBD di Sukoharjo sudah mencapai 131 kasus yang tersebar di 12 kecamatan. Bahkan, dai 131 kass DBD tesebut, empat kasus diantaranya menyebabkan korban meninggal dunia. Jadi, selain mewaspadai corona, masyarakat juga waspada pada DBD.
“Hingga minggu ke-24 sudah ada 131 kasus DBD di Sukoharjo dan ada empat penderita yang meninggal dunia,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Yunia Wahdiyati, Rabu (24/6/2020).
Berikut ini data kasus DBD di 12 Kecamatan Sukoharjo hingga minggu ke-24:
KECAMATAN | KASUS DBD | KASUS MENINGGAL |
---|---|---|
Sukoharjo | 33 | 1 |
Bendosari | 29 | 0 |
Nguter | 19 | 0 |
Polokarto | 18 | 0 |
Mojolaban | 17 | 0 |
Baki | 16 | 0 |
Grogol | 12 | 0 |
Gatak | 12 | 3 |
Kartasura | 9 | 2 |
Weru | 8 | 0 |
Tawangsari | 7 | 1 |
Bulu | 2 | 0 |
TOTAL | 182 | 7 |
Yunia mengaku dalam satu bulan terakhir terjadi peningkatan kasus DBD cukup signifikan. Sesuai data yang ada, kasus DBD terbanyak ada di Kecamatan Sukoharjo dengan 25 kasus. Kecamatan terbanyak kedua kasus DBD ada di Kecamatan Bendosari dengan 19 kasus dan ketiga Kecamatan Nguter dengan 15 kasus. Untuk itu, masyarakat juga mewaspadai penyakit ini selain juga waspada virus corona.
“Paling efektif mencegah DBD tetap dengan pemberantasan sarang nyamuk dan jentiknya, bukan fogging,” tandas Yunia.
Disisi lain, ujarnya, masyarakat terlanjur memiliki “mindset” jika ada kasus DBD harus fogging. Padahal, untuk melakukan fogging ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi. Jadi, fogging tidak bisa dilakukan sembarangan. Hal itu dikarenakan obat fogging bisa menimbulkan resistensi pada nyamuk dan obatnya juga membahayakan bagi lingkungan. Selain itu, masyarakat juga harus berperilaku hidup bersih dan sehat, khususnya lingkungan tempat tinggal. (erlano putra)
Facebook Comments