Sukoharjonews.com – Sedekah termasuk amal shalih yang hendaknya dikerjakan kaum muslim. Hukum bersedekah yaitu sunnah muakkad atau sangat dianjurkan.
Selain mengharap ridha Allah SWT, bersedekah dilakukan agar memperoleh banyak pahala.
Dikutip dari Bincang Syariah, pada Kamis (21/11/2024), dahulu ada salah satu sahabat yang sowan pada Nabi Muhammad Saw., mengenai (apa dan kapan) sedekah yang paling utama. Rasulullah Saw. menjawab:
ان تصدق وانت صحيح، حريص وفي رواية شحيح، تأمل الغنى، وتخشى الفقر، ولا تهمل حتى اذا بلغت الحلقوم قلت لفلان كذا، ولفلان كذا، وقد كان لفلان. رواه البخاري عن ابي هريرة
Hendaknya engkau bersedekah dikala sehat, disaat kikir, ketika berangan-angan tajir, dan di waktu khawatir akan fakir. Jangan tunda sedekahmu hingga menjelang ajal. Saat itu kamu berkata, harta ini untuk dia dan ini untuk dia. Sungguh harta ini telah dimilikinya.
Dikala Sehat
Sedekah selagi sehat dibandingkan saat sakit tentu pahalanya berbeda. Ketika badan bugar, maka ke keinginan menggelegar. Ingin itu dan ingin ini. Referensi belanja kebanyakan bukan karena kebutuhan (needs), tapi keinginan (wants). Namanya juga lagi sehat, keinginan terhadap banyak hal subjektif, bukan esensial.
Nah, di saat sehat dengan berbagai kebutuhan dan keinginan pribadi dan keluarga, sedekah bisa menjadi lebih utama. Mujahadah dalam mengesampingkan ego duniawi saat badan fit lebih sulit sehingga keutamaannya melangit. Ibaratnya orang saat kenyang akan lebih mudah berbagi daripada mereka yang sedang lapar.
Berbeda dengan mereka yang sudah terbaring lama di rumah sakit atau sudah sekarat, hasrat duniawi semakin memudar sehingga menjadi lebih sadar akan pentingnya bekal akhirat. Syekh Muhammad Abdul Aziz Al-Khuli dalam kitabnya Al-Adab an-Nabawi mensyarahi hadits di atas (hal. 140):
ان تصدق وانت صحيح الجسم معافى في بدنك لم ينقطع املك من الحياة ولم تقف بك القدم على حافة القبر، اذ المرض يقصر يد الملك عن ملكه، وسخاوته بالمال اذ ذاك لا تمحو عنه سمة البخل ولا تدل على طيب نفسه بالعطاء، لانه يكون قد مال الحياة، وسئم العيش ورأى ماله قد صار لغيره.
Di Kala Kikir
Ketika manusia sehat kebanyakan cenderung kikir. Merasa eman atas hasil jerih payah yang didapat dengan susah payah, bila dibelanjakan untuk bersedekah. Satu bulan bekerja, gelisah di tanggal tua dan menaruh harap di tanggal muda, malah dibayangi anjuran berderma
Sedekah di saat gajian bagi pegawai, karyawan, buruh atau siapa saja yang bergaji butuh pada kesungguhan hati. Bila menyisihkan sedikit untuk sedekah tiap gajian padahal bon di warung masih ada, maka itu termasuk kategori yang utama.
Saat Dunia dalam Genggaman
Islam memang mengajarkan zuhud, tapi tetap dengan tidak meninggalkan urusan dunia. Hidup berimbang antara urusan dunia dan akhirat. Islam tidak melarang pemeluknya untuk kaya, bahkan secara implisit menganjurkannya melalui syariat zakat atau haji.
Saat posisi sedang di atas angin, lagi naik daun, menjadi selebgram viral, menjadi influencer papan atas, saat dunia dalam genggaman, maka di saat itu waktu sedekah terbaik. Harta yang mengalir deras ke rekening tidak menjadikan panic bulying, akan tetapi semakin easy giving and easy going.
Saat Takut Jatuh Miskin
Manusia tidak selamanya berada di posisi atas. Kadang di akhir hidupnya ia terjungkal dan tersungkur ke tanah. Seorang pengusaha bukan hanya mahir mengatur jalannya bisnis, akan tetapi ia juga harus pintar mengatur keuangan. Karena setiap perusahaan berpotensi kolaps atau gulung tikar.
Hal yang wajar ketika perusahaan besar banyak melakukan amal sosial atau donasi untuk lingkungan sekitar. Ironi sekali bila kekayaan menumpuk malah sering memunggungi warga. Tapi hal yang luar biasa ketika perusahaan atau perseorangan tetap istiqomah bersedekah meski kondisi keuangan lagi tidak stabil. Deflasi tidak menyurutkan hati untuk tetap berdonasi atau berkontribusi dalam kepentingan umat.
Simpulannya, ketika badan lagi sehat dan kuat, maka rasa kikir, hasrat duniawi, dan ketakutan pada kemiskinan maka akan selalu dihantui rasa eman untuk berbagi. Berbeda ketika harapan hidup sudah tinggal sepersen (kritis) atau divonis hidup tidak akan lama lagi sebab penyakit kronis, maka tentu hasrat duniawi memudar sehingga menjadi sangat dermawan. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Munafiqun: Ayat 10 (Juz 28)
وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ
Infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antaramu. Dia lalu berkata (sambil menyesal), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)-ku sedikit waktu lagi, aku akan dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang saleh.”
Layaknya sedekah 10 ribu dari orang yang ekonomi menengah ke bawah, nilainya di mata Allah Swt. tentu tidak sama dengan sedekah 10 ribu dari yang ekonomi menengah ke atas. Begitu juga sedekah antara orang sehat dan sakit, tentu nilainya berbeda.(cita septa)
Facebook Comments