Sukoharjonews.com – Hipotermia merupakan kondisi medis yang sering terjadi di wilayah dengan suhu ekstrem, terutama di daerah bersalju atau pegunungan tinggi. Studi internasional terbaru menunjukkan bahwa hipotermia bisa menjadi ancaman serius bagi kesehatan dan keselamatan, terutama bagi orang yang bekerja atau melakukan kegiatan di lingkungan terbuka dengan suhu sangat rendah. Hipotermia terjadi ketika suhu tubuh manusia turun di bawah 35°C, jauh di bawah suhu normal tubuh, yang berkisar antara 36,5°C hingga 37,5°C.
Dikutip dari jurnal The New England Journal of Medicine, gejala utama hipotermia meliputi menggigil yang intens, kelelahan, kebingungan mental, hingga hilangnya kesadaran. Gejala ini muncul sebagai respon tubuh terhadap dingin yang berlebihan. Selain itu, riset ini juga menyoroti betapa bahayanya hipotermia dalam berbagai konteks, mulai dari aktivitas pendakian, ekspedisi kutub, hingga perkemahan di cuaca ekstrem.
Dr. Michael McGee, peneliti utama di bidang kesehatan lingkungan, menjelaskan bahwa tubuh manusia hanya dapat bertahan dalam suhu rendah untuk waktu terbatas tanpa perlindungan yang memadai. “Salah satu risiko terbesar adalah ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada kemampuannya menghasilkan panas, yang menyebabkan penurunan suhu tubuh inti,” ujarnya dalam studi tersebut.
Pencegahan Hipotermia
Studi tersebut menekankan pentingnya tindakan preventif, seperti mengenakan pakaian berlapis-lapis, menghindari pakaian basah, dan menjaga tubuh tetap kering. Menurut British Medical Journal, penggunaan bahan isolasi yang kuat seperti wol dan bulu angsa serta kemampuan menjaga kepala dan tangan tetap hangat dapat secara signifikan mengurangi risiko hipotermia.
“Perhatian terhadap kondisi lingkungan dan pengetahuan tentang gejala hipotermia sangat penting,” ujar McGee, “sebab penderita sering tidak menyadari bahwa mereka mengalami hipotermia hingga kondisinya sudah parah.”
Di Indonesia sendiri, meski memiliki iklim tropis, kasus hipotermia masih bisa terjadi, terutama di gunung-gunung tinggi seperti Gunung Rinjani atau Gunung Semeru yang sering didaki para pendaki. Para ahli menyarankan agar masyarakat selalu memperhatikan prediksi cuaca dan persiapan peralatan yang memadai sebelum mendaki ke daerah bersuhu rendah.
Penelitian internasional ini menjadi peringatan bagi masyarakat dan pemerintah tentang pentingnya edukasi mengenai bahaya hipotermia. Dengan pengetahuan dan persiapan yang tepat, risiko kematian akibat hipotermia dapat diminimalisir. (mg-01/nano)
Facebook Comments