Sukoharjonews.com – Gangguan tidur, atau “sleeping disorder”, menjadi salah satu masalah kesehatan yang semakin mendapat perhatian dalam dekade terakhir. Berdasarkan penelitian internasional terbaru, prevalensi gangguan tidur di kalangan remaja terus meningkat secara global, dipicu oleh faktor-faktor sosial, psikologis, dan lingkungan.
Dikutip dari jurnal Sleep Medicine Reviews, Rabu (24/10/2024), penelitian tersebut menyebutkan bahwa sekitar 30-40% remaja di negara-negara maju dan berkembang mengalami gangguan tidur, termasuk insomnia, sleep apnea, dan gangguan ritme sirkadian. Insomnia, atau kesulitan tidur, menjadi jenis gangguan tidur yang paling umum terjadi. Peneliti juga mengaitkan gangguan tidur ini dengan penggunaan teknologi sebelum tidur, terutama perangkat seperti ponsel dan tablet.
Dampak Teknologi dan Sosial
Menurut laporan tersebut, paparan cahaya biru dari layar ponsel dan kebiasaan menggunakan media sosial sebelum tidur menyebabkan gangguan pada produksi hormon melatonin, yang mengatur siklus tidur. Remaja yang menghabiskan lebih dari dua jam menggunakan perangkat elektronik di malam hari berisiko lebih tinggi mengalami kesulitan tidur.
Peneliti utama dari studi ini, Dr. Jane Thompson, menyatakan, “Pola tidur remaja yang terganggu seringkali diperburuk oleh tekanan akademik dan ekspektasi sosial, yang membuat mereka cenderung mengalami stres dan kecemasan.”
Selain itu, penggunaan media sosial berlebihan sering dikaitkan dengan fear of missing out (FOMO) atau ketakutan tertinggal dari informasi atau tren terbaru, yang membuat remaja cenderung terus terjaga hingga larut malam.
Dampak Jangka Panjang
Gangguan tidur tidak hanya memengaruhi performa akademik remaja, tetapi juga kesehatan mental dan fisik mereka. Studi ini menemukan bahwa remaja dengan gangguan tidur kronis memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan depresi, kecemasan, dan masalah berat badan. Kurangnya tidur juga dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2 dan gangguan kardiovaskular di masa dewasa.
Dr. Thompson menambahkan, “Kurang tidur pada remaja dapat mengganggu perkembangan otak dan memperburuk masalah kesehatan mental yang sedang berkembang pada usia ini.”
Upaya Pencegahan dan Solusi
Untuk mengatasi masalah ini, penelitian merekomendasikan beberapa intervensi, termasuk:
1. Edukasi Tidur: Memberikan edukasi kepada remaja dan orang tua tentang pentingnya tidur yang cukup dan dampak negatif dari kurang tidur.
2. Pembatasan Penggunaan Teknologi: Mengurangi penggunaan perangkat elektronik setidaknya satu jam sebelum tidur untuk meningkatkan kualitas tidur.
3. Terapi Kognitif Perilaku (CBT): CBT efektif untuk mengatasi insomnia pada remaja dengan mengubah kebiasaan tidur yang buruk dan cara berpikir negatif tentang tidur.
4. Lingkungan Tidur yang Nyaman: Menciptakan lingkungan tidur yang tenang dan gelap, serta membangun rutinitas tidur yang konsisten.
Penelitian ini menyoroti pentingnya tindakan preventif dari keluarga, sekolah, dan pemerintah untuk menangani gangguan tidur pada remaja. Tidur yang cukup sangat penting bagi kesejahteraan dan kesuksesan generasi muda dalam jangka panjang. (mg-02/nano)
Facebook Comments