73% Lahan Sawah Irigasi Teknis Tergantung Suplai Air Dari Dam Colo

Istri Bupati Sukoharjo, Etik Suryani mencoba mesin tanam padi di Desa Sapen, Mojolaban, Rabu (16/10).

Sukoharjonews.com (Mojolaban) – Luas lahan pertanian di Kabupaten Sukoharjo tercatat 20.460 hektar. Dari jumlah tersebut, terdiri dari sawah irigasi teknis 14.469 hektar, sawah irigasi setengah teknis 2.241 hektar, irigasi sederhana 1.874 hektar, dan sawah tadah hujan 1.876 hektar. Dari 14.469 sawah irigasi teknis, 73% diantaranya bergantung pada aliran air dari Dam Colo dan 27% dari irigasi provinsi maupun kabupaten. Untuk itu, petani yang tidak memiliki sumber air lainnya, otomatis tidak bisa menanam padi saat Dam Colo ditutup.


“Untuk itu, selama Dam Colo ditutup, petani yang ingin menanam padi dituntut untuk menggali potensi sumber air lain dan salah satunya menggunakan pompa air,” jelas Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo, Netty Harjianti saat tanam padi bersama Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya di Desa Sapen, Mojolaban, Rabu (16/10).

Dikatakan Netty, tanam padi di bulan Oktober seperti yang dilakukan Gapoktan Sri Makmur Desa Sapen sebagai bukti jika petani bisa melakukan tanam padi meski Dam Colo ditutup. Hal itu terjadi karena petani mencari sumber air lain dengan membuat sumur bor dan menggunakan pompa air untuk mengairi lahan pertanian. Menurutnya, apa yang dilakukan Gapoktan Sri Makmur tersebut sebagai contoh bagi petani lainnya agar cermat dalam menentukan awal tanam.

Netty juga mengatakan, hingga akhir September, kondisi pertanian di Sukoharjo tercatat seluas 11.934 hektar. Terdiri dari tanaman padi seluas 10.914 hektar, palawija 711 hektar, hortikultura 148 hektar, dan perkebunan 167 hektar. Untuk bulan Oktober ini, ujar Netty, potensi sawah beririgasi masih terdapat lahan seluas 1.535 hektar yang bisa ditanami dengan catatan petani bisa mencari sumber air alternatif.

“Kami sudah mengajukan bantuan pengembangan sumber air ke Kementerian Pertanian, namun karena keterbatasan anggaran, belum semua kebutuhan terpenuhi,” ujarnya.

Sedangkan Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya menyampaikan, selama ini Kabupaten Sukoharjo dikenal sebagai lumbung pangan di Jawa Tengah (Jateng). Hal itu terbukti di tahun 2018 lalu dimana Sukoharjo mampu surplus beras sebanyak 135.723 ton. Surplus beras tersebut meningkat 388 ton dibandingkan tahun 2017. Dikatakan Bupati, surplus beras tersebut bisa dicapai karena berbagai inovasi yang dilakukan khususnya pengembangan pertanian modern.

“Selama ini, bantuan pemerintah untuk petani sudah sangat banyak dan beragam. Baik itu berupa benih, subsidi pupuk, alat mesin pertanian, pembangunan jaringan irigasi dan pengembangan sumber air,” ujarnya. (erlano putra)


Erlano Putra:
Tinggalkan Komentar